Disini, di Melbourne Australia, kami jarang sekali makan di restauran. Hanya di hari istimewa seperti ulang tahun, kami baru makan diluar. Kalau sedang malas masak sendiri paling kita beli take-away dan dimakan di rumah.
Lain halnya waktu aku di USA dulu, hampir setiap malam kami makan di restauran. Inilah pengalamanku waktu itu dan makanan apa saja yang sempat menjadi hidangan rutinku waktu itu? Ini beberapa diantaranya:
Lobster Dinner:
Makan malam yang berupa lobster tail (ekor lobster dimana dagingnya berada) adalah makanan cukup mewah waktu itu sekitar 40 tahun yang lalu dan juga yang cukup mahal harganya. Lobster tail utuh, cangkangnya dibelah bagian atasnya dan dimasak dengan cara di grill (dipanggang). Kalau sudah matang, dagingnya akan menyembul sedikit keluar. Kemudian diolesi oleh butter. Untuk hidangan pendampingnya adalah kentang (potato in the jacket) dan salad.
Steak Dinner:
HIdangan malam berupa steak, bisa banyak pilihan. Bisa t-bone, rib-eye dsb. Cara memasaknya juga bisa memilih antara ‘rare’ yang artinya daging masih merah sekali dalamnya. ‘Medium rare’ yaitu setengah matang dan dalamnya masih pink atau ‘well-done’. Pilihanku pasti yang well-done yaitu daging dimasak betul. Namun kenyataannya daging yang ku pesan itu selalu masih agak pink juga untuk ukuranku. Rupanya orang sana itu berpendapat kalau steak dimasak sampai matang betul akan keras dagingnya. Jadi mereka itu seakan tidak sampai hati untuk memanggangnya betul-betul well-done. Waktu itu seringnya di steak house untuk hidangan pendamping orang bisa memilih dan ambil sendiri pada tempat yang sudah disediakan.
Meatball Dinner:
Meatball adalah bola-bola daging bisa Swedish meatball yaitu bola daging ala Swedia, atau Italian meatball yaitu ala Italia. Yang kami pesan selalu dihidangkan dengan roti yang dibelah dan 3 buah bola-bola daging diletakkan didalamnya. Besar juga bola bola daging itu sehingga aku tak akan pernah bisa habis. Entah bagaimana makan hidangan ala barat itu selalu membuaku cepat kenyang. Jadi saja sebelum dimakan, 1/3 nya dipotong dan dimasukkan kedalam doggy’s bag untuk dibawa pulang. Esok harinya L akan bawa untuk makan siang ditempat kerja.
Hidangan Mexico:
Restoran mexico ini juga merupakan toko yang menjual bahan makanan Mexico. Letaknya dirumah biasa dimana pemiliknya tinggal dibagian belakang. Pertama kali mencicipi hidangan Mexico ini kaget juga dengan rasa jintan yang amat kuat. Rupanya memang inilah ciri khasnya.
Hidangan yang selalu kita pesan adalah semacam buritto. Di piring ada nasi, ayam/daging, kacang merah (beans) dan salad. Juga dihidangkan roti tipis yang dibuat dari jagung yang dihaluskan. Roti ini namanya tortilla. Kalau akan makan, kita ambil selembar tortilla yang mirip seperti kulit lumpia tapi lebih tebal. Diatasnya kita taroh semua isinya termasuk juga nasinya. Sebelum dimakan digulung seperti lumpia.
Fish and Chips:
Fish and chips selalu kita beli di Barnaby’s. Tempat ini selalu ramai apa lagi kalau pas weekend. Entah jenis apa ikan yang ditepungi itu aku tidak tahu, tapi rasanya hambar. Orang memakannya dengan tartar sauce, tapi aku lebih suka memakannya dengan tomato ketchup. Tartar sauce terlalu asam untuk lidah ku. Salad bisa kita ambil sendiri di salad bar.
Selain hidangan diatas, kami juga kadang kala pergi ke Chinese restaurant dan hidangan yang sering kami pesan adalah chop suey yaitu semacam cap cay. Nasi goreng ala chinese atau mie goreng. Tak begitu asing bagiku. Hampir setahun lamanya di negara paman Sam itu aku jarang makan nasi, orang bilang makan nasi itu bikin badan gemuk. Mungkin betul juga, karena waktu itu aku jadi ramping, paling kurus selama yang pernah aku alami.
Catatan: Sumber foto2 diatas adalah dari internet.